Homicide
Rima Ababil
Verse 1 :
Karena khalayak tak pernah salah memuja thagut penampakan
Maka kalian adalah terdakwa yang terlalu mendambakan
Domba tanpa gembala, wujud tanpa kepala, dunia tanpa pandawa
Sumpah aral kuasa tanpa palapa
Merakit dunia tanpa manual tunggal
Mengepal surga neraka yang manunggal
Di ujung hari yang berlangit sepekat aspal
Di petang para dajjal neoliberal meminta tumbal
Karena buku sejarah ditulis dengan darah
Dengan anggur dan nanah, dengan kotbah dan sampah
Maka argumen terlahir dari kerongkongan korban
Digorok dipagi buta di lapangan pedesaan
Dikubur bernafas dimalam semua kutukan
Menaruh rima diatas hitungan ritme pukulan rotan Brimob
Pengganti aroma Smirnoff, berakhir
Layak hasrat Deborg berepilog tanpa akhir
Kombinasi mutakhir para gerilyawan Kashmir
Tolstoy dan B-boy yang menari diatas pasir
Hingga para aparat Gomorrah tak berdiri tanpa dipapah
Hingga berhala yang kau sembah merata dengan tanah
Dengan khasanah busur serapah tanpa panah
Dengan ranah yang merubah kotbah yang menjadi limbah
Dengan lanskap penuh kesumat, despot melaknat
Penuh bigot yang bersandar pada jaminan polis dan jimat
Maka kupinang kepalan pelumat
Tirani valas yang tak pernah tamat memplagiat kiamat
Hingga liang lahat, dengan eskalasi perang badar
Membakar akar penyeragaman bawah sadar
Pasca kolonial pasca neraka horizontal
Pasca bumi dan langit, aku dan kau menjadi wadal
Sejak para kaisar merapal mantra anti-makar
Sejak para patriot tak pernah sadar menjadi barbar
Hook :
Rima ini ku rancang untuk menantang mitos
Hegemoni rezim dewa logos
Ku rancang rima ababil yang bidani holokos
Jika kau bangun kastilmu tuk mendominasi kosmos

Verse 2 :
Antitesa dari semua petuah para tetua
Penguasa gua, gabah dan semua kutukan tak bertuah
Rima ini adalah hitam merah tetesan darah
Pemusnah lintah bendungan siklus hasrat dan amarah
Ludah para penadah gejah yang menawar bid’ah
Yang lupa melawan titah, kerajaan risalah
Pemungut arwah peluluh lantah kaki tangan kepala berhala yang ku nujum punah
Serupa jalur ziarah satuan batalyon lakon
Yang membantahkan konon gurita monitor panoptikon
Dan jargon perluasan koloni kanon
Perpanjangan netra Mossad dan agenda titipan Pentagon
Agen intelejen berbisik dalam dialek dekaden
Berdiskusi tentang ribuan ancaman bahaya laten
Lumpen yang membangkang, hedonis yang mencoba terbang
Sufi yang menjangkau terang dan anarkis yang merontakekang
Rima ini adalah kontra komando, menolak berkarat
Di pengujung tengat m’rancang beliung serupa tornado
Untuk balans yang banal, balada dalam kanal dialog satu arah sejarah yang berkoar bertemu final
Hingga satu subuh para sayap terentang, menantang menara rutan dengan kesadaran para pecundang
Berembuk di pojokan selokan desa dan urban merakit plot armamen ababil sebelum mentari datang
Sebelum cenayang industri keluar mencari mangsa
Menuai bara dari pusara kalam dan makam wacana
Kesucian taklid yang menyuburkan bencana
Para penikam punggung dan para pengkhianat lantai dansa
Pasca kolonial pasca neraka horizontal
Pasca bumi dan langit, aku dan kau menjadi tumbal
Sejak argumen hanya berkisar di pusaran selasar
Surga dan neraka, kontol, isu kelentit dan biji zakar, yo
Rima ini ku rancang untuk menantang mitos
Hegemoni rezim dewa logos
Ku rancang rima ababil yang bidani holokos
Jika kau bangun kastilmu tuk mendominasi kosmos